Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan memiliki dampak terhadap pertumbuhan fisik mereka. Sebagian orang, mungkin belum familiar dengan istilah ini, tetapi kasus stunting sering terjadi di Indonesia.
Stunting adalah masalah kesehatan anak akibat gizi buruk, terutama jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Faktor penyebabnya dapat berasal dari malnutrisi pada ibu hamil atau selama masa pertumbuhan anak.
Gejala stunting paling umum yang terlihat pada anak adalah tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak sebaya. Meskipun postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, stunting menunjukkan adanya keterlambatan pertumbuhan yang memerlukan perhatian serius. Untuk informasi lebih lanjut, simak pembahasan selengkapnya di bawah ini.
Apa itu Stunting?
Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Sederhananya, stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak.
Penyebab utama dari stunting adalah malnutrisi pada ibu hamil dan kurangnya asupan nutrisi selama masa pertumbuhan anak. Banyak yang tidak menyadari bahwa tinggi pendeknya anak bisa menjadi tanda adanya masalah gizi kronis.
Perlu diingat bahwa anak pendek belum tentu mengalami stunting. Namun anak yang mengidap kondisi ini pasti berperawakan pendek. Anak dengan asupan gizi terbatas sejak kecil dan telah berlangsung lama berisiko mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Menurut WHO, suatu negara dikatakan memiliki masalah stunting bila kasusnya mencapai angka di atas 20%. Sementara, di Indonesia, berdasarkan data Kemenkes pada tahun 2021, kasus balita stunting di Indonesia sebanyak 24,4% sehingga termasuk dalam masalah yang perlu ditangani.
Penyebab Stunting
Stunting merupakan masalah kesehatan yang sudah ada sejak lama. Kondisi ini disebabkan oleh gizi buruk, terserang infeksi berkali-kali, kelahiran prematur, dan berat badan lahir rendah. Namun, penyebab stunting yang paling banyak adalah karena kekurangan gizi.
Maka dari itu, Anda sebagai orang tua harus tahu bagaimana cara mengatasi susah makan pada anak yang terkadang menjadi masalah umum pada anak-anak, khususnya balita. Terdapat dua poin penting yang menjadi faktor utama terjadinya stunting pada anak, di antaranya yaitu:
1. Kurangnya Asupan Gizi pada Ibu Selama Hamil
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa sekitar 20% kasus stunting terjadi sejak anak berada dalam kandungan. Hal ini dapat terjadi akibat makanan yang dikonsumsi ibu selama hamil kurang bergizi sehingga janin tidak mendapatkan cukup nutrisi.
Akhirnya, pertumbuhan janin dalam kandungan mulai mengalami hambatan dan terus berlangsung hingga setelah kelahiran. Maka dari itu, penting memastikan ibu mengonsumsi .
2. Kebutuhan Nutrisi Anak Tidak Tercukupi
Kondisi ini bisa terjadi setelah kelahiran, tepatnya di saat anak di bawah usia dua tahun namun kebutuhan asupan gizinya tidak terpenuhi. Asupan yang dibutuhkan tersebut meliputi ASI dan MPASI (makanan pendamping ASI).
Selain itu, kurangnya asupan makanan juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab stunting, khususnya makanan yang kaya akan protein, mineral zinc, serta zat besi yang penting bagi anak di usia balita.
Penyebab Lainnya
Selain kurangnya asupan gizi pada ibu hamil dan kebutuhan nutrisi anak yang tidak tercukupi, terdapat beberapa faktor lain yang dapat menjadi penyebab stunting adalah sebagai berikut:
- Kurangnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemenuhan gizi sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan.
- Kurangnya persediaan air bersih dan sanitasi.
- Berat badan ibu tidak naik selama hamil atau kenaikan berat badan ibu kurang dari nilai ideal.
- Terbatasnya akses pelayanan kesehatan.
- Anak menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi.
- Gejala Stunting pada Anak
Anak yang memiliki perawakan pendek tidak selalu menjadi gejala stunting. Balita dapat dikatakan stunting apabila tinggi badannya berada di bawah kisaran normal dari standar tinggi badan anak berdasarkan usia pada dua kali pemeriksaan berturut-turut. Selain perawakan tubuhnya yang pendek, adapun ciri-ciri stunting lain adalah sebagai berikut:
- Tumbuh kembangnya lambat.
- Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.
- Berat badan tidak naik bahkan akan cenderung menurun.
- Kemampuan fokus dan memori belajarnya tidak baik.
- Anak cenderung lebih pendiam.
- Fase pertumbuhan gigi pada anak melambat.
- Dalam jangka panjang, bagi anak perempuan berpotensi telat menstruasi pertama.
- Anak lebih mudah terserang/terinfeksi berbagai penyakit.
Stunting adalah gagal tumbuh akibat kurangnya asupan gizi, di mana dalam jangka pendek dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, metabolisme, dan pertumbuhan fisik pada anak. Sementara, dalam jangka panjang, dampak stunting adalah sebagai berikut:
- Kesulitan belajar.
- Penyakit jantung dan pembuluh darah.
- Kemampuan perkembangan kognitif menurun.
- Meningkatkan risiko obesitas pada anak.
- Daya tahan tubuh melemah sehingga mudah terinfeksi penyakit.
Pengobatan Stunting
Pengobatan stunting dapat disesuaikan dengan mengetahui penyebabnya, misalnya dengan memperbaiki nutrisi, pemberian suplemen, atau menerapkan gaya hidup sehat. Berikut beberapa upaya yang biasa dilakukan dokter dalam menangani stunting adalah:
- Mengobati penyakit yang mendasarinya.
- Menyarankan dan memberikan nutrisi tambahan.
- Memberikan suplemen, umumnya berupa vitamin A, zat besi, zinc, dan yodium.
- Menyarankan keluarga untuk mengajarkan anak menerapkan perilaku hidup bersih dan memperbaiki sanitasi.
Cara Mencegah Stunting pada Anak
Stunting adalah suatu kondisi gangguan pertumbuhan pada anak yang dapat dicegah. Ada beberapa cara mencegah stunting yang dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa upaya berikut ini:
- Memastikan anak makan buah dan sayur yang sehat.
- Mencukupi asupan gizi sejak pembuahan sel telur hingga anak berusia 2 tahun.
- Memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan.
- Mengusahakan anak mendapatkan imunisasi lengkap.